Reading slump membunuh saya selama beberapa bulan. Ketika ingin menyudahi itu semua, saya mengambil Tidak Ada New York Hari Ini dan Kappa dari koleksi. Dua buku tipis dengan masing-masing halaman sejumlah tidak lebih dari seratus. Keduanya memberikan pengalaman membaca yang menarik karena sama-sama buah karya dua penulis besar di negaranya masing-masing. Tidak Ada New York Hari Ini tidak perlu ditanya lagi, adalah salah satu karya lama Aan Mansyur. Sementara itu Kappa yang terbit dalam seri Sastra Dunia lungsuran KPG merupakan milik penulis Ryunosuke Akutagawa.
Pembacaan saya dimulai dari Tidak Ada New York Hari Ini—sebuah antologi puisi wajib bagi para penggemar Ada Apa dengan Cinta. Sekali lagi, ini juga tidak perlu ditanyakan.
Tema utama dari Tidak Ada New York Hari Ini adalah segala bentuk rupa dari perasaan cinta—baik yang bertopengkan kerinduan, kecemasan, hingga harapan-harapan. Puisi berjudul Cinta adalah yang disuguhkan pertama, menjadi fragmen yang menjelaskan dengan tak terbantahkan kenapa semua puisi-puisi setelahnya perlu dituang dan dinikmati. Cinta bisa menahan jari-jari tanganmu dari berubah menjadi badai angin yang menerbangkan serpihan-serpihan abu dari tubuhmu yang terbakar waktu. Hanya cinta yang bisa membuatmu utuh dari segala jenis kemungkinan yang bisa membuat tubuhmu lebur—tidak terkecuali rindu yang keterlaluan, atau penantian.
Begitu juga pada bait kedua. Bedanya, bait kedua tidak hanya menyuguhkan diksi-diksi beremosi kuat. Diksi-diksi itu disortir, dipilih yang memiliki keserupaan dalam bentuk suku kata yang menyusunnya, lalu dipasang dengan hati-hati agar indah namun tentu kohesif. Hanya ada satu perumpamaan yang membuat maknanya semakin dalam, yang menggambarkan rindu sebagai hamparan laut dalam. Rindu tidak hanya dijelaskan sebagai perasaan terpisah karena rentang jarak, namun juga kecemasan-kecemasan disampingnya yang membuat jarak tidak hanya sebagai jarak, namun sesuatu yang sulit membuat manusia beranjak. Menginjak bait ketiga, batas-batas yang diterangkan lebih tak nyata. Sebagaimana Ayah menjadi batas antara ibu dan anaknya, serta senyum seorang perempuan yang menjadi batas antara diri seorang lelaki dan perasaan tidak warasnya. Juga kopi pahit yang membuatmu tetap terjaga. Lalu bait terakhir menjadi peluru utama, sebagaimana mata panah yang dipersiapkan dengan baik. kendati hanya berisi tiga baris singkat namun begitu penuh dengan emosi kuat.
Berbicara tentang cinta yang dijadikan tema dasar, tak lepas dari keterkaitan antologi ini dengan eksistensi sepasang Rangga dan Cinta dalam Ada Apa dengan Cinta. Bahkan, antologi ini ditulis khusus untuk menunjang karakter dan cerita-cerita tentang mereka. Namun, antologi ini tidak kemudian menjadi hanya milik Rangga dan Cinta. Sebab Rangga dan Cinta adalah kita. Perasaan mereka adalah apa yang kita rasakan. Hal ini membuat Tidak Ada New York Hari Ini memiliki relevansi yang begitu nyata, yang membuatnya mudah dinikmati oleh siapa saja.
Konflik-konflik Rangga dan Cinta adalah konflik kita semua; jatuh cinta, ingin memiliki, terpisah, dan tak tahu diri dengan kembali. Oleh karena itu dalam Tidak Ada New York Hari Ini, pembaca tidak hanya akan menemukan rangga dan cinta, melainkan juga dirinya sendiri.
Leave a Reply