If you would like to find out more about what ASHAN HE can do for your business or to receive a project quote, don’t hesitate to contact us.
For new clients:
ashanhe93@gmail.com
Questions & support:
tuan@ashanhe.com
Ashan He – 31 Agustus 2023
Membuka jendela mobil di sepanjang jalan menanjak, ada tangga menjulang di ujung sebagai pemberhentian. Ketika menapakkan kaki di atas tanah Galunggung, udara yang disengat sinar matahari baru terbit memenuhi paru-paru. Rasanya segar, hangat, namun sedikit basah.
Barangkali karena halimun yang masih cukup tebal di antara deretan pohon-pohon hijau. Hutan montana—begitu hutan di area pegunungan umumnya disebut—memang kerap diselimuti halimun, terutama di pagi hari. Area Gunung Galunggung memang didominasi oleh hutan montana, luasnya sekitar 1200 hingga 1500 meter.
Ini bukan yang pertama kali saya mengunjungi Galunggung—salah satu objek wisata alam terfavorit di sekitar Priangan Timur. Sejauh yang saya ingat semenjak kanak-kanak, menikmati asri hutan pinus di sekitar kaki gunung dan pemandian air panas adalah dua cara mencari penghiburan; memerdekakan pikiran dari penat.
Setelah beranjak dewasa dan mengunjungi banyak kota serta tempat wisata, rasa penat tetap membawa saya menelusuri hamparan hutan-hutan itu—berupaya mendapatkan energi dengan menyelaraskan diri pada alam—namun dengan cara yang lebih baru.
Menikmati berbagai jenis kopi di tengah hutan dan beberapa camilan Sunda menjadi pilihan utama. Kafe berkonsep menyatu dengan alam ini bisa ditemukan tidak jauh dari Pintu Masuk Kawasan Wisata Gunung Galunggung.
Ambil tempat di sekitar pinggiran tebing, pilih tempat duduk dari batu atau kayu sesuka hati. Menunggu makanan sambil menikmati suara alam berpadu dengan pemandangan hutan pinus dan lanskap kota Tasikmalaya di kejauhan sangat menentramkan hati.
Saya biasanya berkunjung di akhir pekan, memilih suasana pagi sebelum halimun pergi adalah waktu terbaik. Namun, datang saat menjelang senja dan pulang di tengah kegelapan memberikan sensasi yang berbeda—taburan bintang di angkasa dan lautan sinar lampu di kejauhan adalah makanan penutup yang memuaskan.
Membunuh lelah dengan berendam di kolam air panas adalah pilihan terbaik. Kekayaan hutan Tasikmalaya yang masih terjaga menjadi sumber air panas yang melimpah—salah satu kawasan yang bisa dikunjungi untuk hal tersebut adalah daerah Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya.
Kolam rendam air panas di sini dikonsep dalam area yang estetis, dengan panggung utama diisi oleh deretan pohon pinus yang menjulang. Selagi berendam di kolam, menikmati keheningan khas hutan cukup untuk membuat hati menjadi tenang.
Boleh duduk, tiduran, atau berjalan kaki. Mengontemplasi diri dengan meninggalkan semua pikiran jenuh di gerbang masuk. Lalu rasakan bagaimana hutan memandikanmu dalam kemurnian. Selang beberapa lama menyelaraskan diri dengan alam, keajaiban datang; perasaan sembuh.
Masyarakat Jepang mengenal praktik ini dengan nama Shinrin-yoku (Forest Bathing)—aktivitas yang secara konsep berasal dari praktik Shinto dan Budha Kuno. Istilah ini kemudian semakin dikenal karena dilegalisasi oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang pada tahun 1982.
Dalam perkembangannya, Shinrin-yoku (Forest Bathing) memiliki berbagai variasi penyebutan, seperti forest theraphy, natural theraphy, theraphy recreation, wildness theraphy, hingga Forest Healing.
Praktik Shinrin-yoku digiatkan untuk menyembuhkan luka psikis masyarakat Jepang yang penuh tekanan karena banyak hal. Batin mereka terkerangkeng, tidak merdeka. Korea dan masyarakat dunia kemudian mengadopsinya. Sebab perasaan-perasaan tidak lepas itu juga menjadi momok bagi mereka, begitu juga untuk masyarakat Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mendefinisikan Forest Healing sebagai sebuah aktivitas atau terapi untuk meningkatkan kesehatan dengan memanfaatkan lingkungan hutan secara komprehensif.
Pada awalnya, kemampuan hutan dalam memulihkan manusia masih diragukan. Hingga dr. Qing Li yang sempat menjadi ketua dari the Japanese Society for Forest Medicine membuktikannya secara ilmiah.
"I am a scientist, not a poet. And I have been investigating the science behind that feeling for many years. I want to know why we feel so much better when we are in nature…. Some people study forests. Some people study medicine. I study forest medicine to find out all the ways walking in the forest can improve our wellbeing."
dr. Qing Li Tweet
Dan memang pada kenyataannya, kemampuan Forest Healing ini terbukti secara ilmiah. Penelitian telah dilakukan tidak hanya oleh dr. Qing Li dari Jepang, melainkan juga oleh peneliti dari Chungbuk National University (Korea Selatan), Taiwan, dan banyak lagi.
Memperbaiki Kualitas Mental dan Fisik
Menghabiskan waktu dengan beraktivitas di tengah hutan terbukti bisa meningkatkan kualitas mental dan fisik seseorang, atau memperbaikinya.
Ini tidak lepas dari atmosfer hutan yang hidup namun menenangkan. Suasana tersebut bisa berpengaruh terhadap kondisi hormon kortisol pada tubuh manusia, juga pada gelombang otak, detak jantung, dan tekanan darah.
Pohon-pohon secara biologis mengeluarkan berbagai jenis zat seperti fitoncides (minyak astiri). Zat ini memiliki manfaat tidak langsung untuk manusia ketika terpapar atau terhirup, yakni mampu meningkatkan mood dan sistem imun. Temuan ini terdapat dalam jurnal dr. Qing Li yang berjudul Effect of forest bathing trips on human immune function.
Jadi, lari ke hutan ketika penat adalah cara terbaik untuk tetap hidup dengnan waras.
Namun secara luas, hutan memiliki lebih banyak manfaat dari yang kita bayangkan. Manfaat-manfaat hutan tersebut bisa kita persempit ke dalam tiga kategori berikut.
Manfaat Hutan Terhadap Lingkungan
Hutan memiliki manfaat besar terhadap lingkungan, beberapa di antaranya adalah sebagai sumber air murni dan oksigen. Hutan diketahui sebagai penghasil oksigen kedua terbesar di dunia setelah fitoplankton, tidak heran jika hutan-hutan besar seperti di Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia.
Hutan juga menyediakan berbagai jenis kebutuhan manusia, dimulai dari sandang, pangan, dan papan. Di sana pula berbagai jenis spesies flora dan fauna membangun kehidupan mereka secara komunal.
Di kota-kota besar, keberadaan hutan kota mampu menjadi penyaring polusi udara, penyaring air hujan, sinar matahari, hingga menjadi tempat berteduh yang sejuk.
Manfaat Hutan Terhadap Sosial dan Ekonomi
Pengembangan hutan menjadi objek wisata atau ruang healing memberikan tempat bagi manusia untuk berinteraksi. Ruang-ruang tersebut bisa mendorong terbentuknya kehidupan sosial yang positif.
Di sisi lain, berbagai jenis sumber daya yang dilahirkan oleh hutan mampu menjadi komoditas ekonomi bagi masyarakat sekitar. Misalnya, segala jenis kayu untuk diolah menjadi furnitur, daun dan buah untuk dikonsumsi, atau produk lainnya dengan bahan baku flora dan fauna.
Manfaat Hutan Terhadap Iklim dan Masa Depan
Hutan pula memiliki manfaat besar terhadap iklim dunia. Fungsinya sebagai penghasil oksigen tidak terlepas dari kemampuannya untuk menyerap dan mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer. Sementara itu senyawa tersebut merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya fenomena rumah kaca yang berpengaruh besar terhadap perubahan iklim.
Perubahan iklim saat ini selalu berkorelasi dengan apa yang akan terjadi di masa depan, sebab itu merupakan waktu di mana dampak dari iklim masa kini akan berlangsung. Dengan demikian, semakin asri dan terjaga hutan dunia saat ini, maka semakin terjaga pula masa depan kita, Indonesia, dan global.
Memiliki salah satu manfaat sebagai pendorong suksesi masa depan, nyatanya kondisi hutan di Indonesia kini tidak baik-baik saja. Masa depan kehidupan masyarakat Indonesia jelas terancam karena kerap terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Bencana ini berulang dari tahun ke tahun, pemerintah tampaknya belum menemukan solusi yang tepat untuk menghentikannya.
Pada semester pertama tahun 2023 ini, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia telah merilis data mengenai bencana karhutla. Terhitung sejak Januari hingga Juli 2023, sudah ada sekitar 90.405 hektar hutan dan lahan yang terbakar.
Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat dan semakin parah karenanya terjadinya fenomena cuaca El Nino. Cuaca El Nino ditengarai oleh Badan Restorasi Gambur dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia ditandai dengan berkurangnya curah hujan dan meningkatnya kondisi kering—kondisi yang paling ideal untuk memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Karhutla pada Tahun-Tahun Sebelumnya
Kendati masih menunjukkan angka yang besar, luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun ini tidak lebih besar dari tahun sebelumnya. Begitu juga pada tahun 2022, luas hutan dan lahan yang terbakar mengalami penurunan dari tahun 2021.
Penurunan luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2022 menyentuh angka 42,9% atau setara dengan 153.973 hektar. Ada pun pada tahun 2022, luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 204.894 hektar, sementara pada tahun 2021 seluas 358.867 hektar.
Namun percayakah kamu jika penyebab terbesar Kebarakan Hutan dan Lahan di Indonesia itu adalah perilaku manusia (99%). Sementara penyebab lainnya merupakan alam (1%).
Miris sekali!
Kebakaran hutan dan lahan berdampak sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, terutama untuk iklim dunia dan lingkungan. Kesemuanya itu membentuk lingkaran maut yang saling terhubung seperti deretan domino yang jatuh.
Bahaya Karhutla Terhadap Lingkungan
Habisnya Sumber Kehidupan – Hutan dikenal sebagai rumah bagi banyak spesies flora dan fauna. Dari hutan, manusia pula bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebakaran hutan secara langsung akan berdampak pada hilangnya banyak spesies flora, fauna, serta sumber kebutuhan manusia.
Memicu Bencana Lain – Kebakaran hutan diketahui dapat membuat lantai tanah menjadi hidropobik atau tidak mampu menyerap air. Kondisi tersebut membuat aliran hujan mampu mendorong sisa kebakaran menyendat sungai dan membuka kemungkinan banjir.
Menimbulkan Penyakit Pernafasan – Asap dari kebakaran hutan dan lahan umumnya tebal dan menyebar hingga berkilo-kilo meter terbawa angin. Asap bisa jadi mengandung berbagai zat dan polutan yang jika terhirup maka akan membawa petaka bagi alat pernafasan manusia.
Bahaya Karhutla Terhadap Iklim Dunia
Petaka asap tidak hanya berbahaya bagi paru-paru manusia yang menghirupnya, tapi juga bagi dunia.
Asap hasil pembakaran umumnya mengandung karbon dioksida. Karbon dioksida adalah salah satu gas yang memiliki peran besar terhadap fenomena rumah kaca selain sulfur dioksida (SO), karbon monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2) dan Ozon Permukaan (O3). Dan dari semua sumber gas rumah kaca yang berhasil dilepaskan, bencana kebakaran hutan dan lahan menjadi penyumbang terbesar di Indonesia. Fakta ini sesuai dengan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dirilis pada tahun 2021 lalu. Ada pun besarannya sekitar 924.853 gigagram.
Pelepasan yang besar-besaran terhadap gas rumah kaca akan menimbulkan bencana global yang diawali dengan perubahan iklim tidak menentu. Perubahan iklim yang tidak menentu bisa ditandai dengan tidak mampu diprediksinya pergantian musim, perubahan curah hujan, dan peningkatan gelombang panas.
Global warming atau pemanasan global menjadi dampak yang paling buruk. Peningkatan suhu bumi yang berlebihan bisa berpengaruh terhadap perubahan lanskap dunia, semisal pencairan es di kutub selatan hingga kenaikan permukaan air laut. Selain itu juga mampu mempengaruhi perkembangan berbagai vegetasi alami maupun buatan.
Terkenal sebagai paru-paru dunia, luas dan kayanya hutan Indonesia memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Berdasarkan pada laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dirilis pada tahun 2022 silam, luas hutan Indonesia mencapai angka 125,76 juta hektar. Sementara itu luas daratan Indonesia sekitar 191,36 juta hektar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa luas hutan di Indonesia mengambil porsi sebanyak 62,97% dari daratan yang ada.
Karena terletak di antara garis khatulistiwa, membuat tipe dominan dari hutan di Indonesia merupakan hutan hujan tropis. Hutan tipe ini juga banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara lainnya, Amerika dan Afrika bagian tengah serta selatan, serta Australia.
Memiliki hutan hujan tropis sama artinya dengan memiliki harta karun kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut bisa dilihat dari banyaknya flora dan fauna endemik, kesuburan tanah, serta curah hujan yang dominan stabil setiap tahun. Selain itu, semakin luasnya hutan hujan tropis di Indonesia, maka semakin luas pula ruang untuk melakukan forest healing bagi masyarakat Indonesia.
Sayangnya, kesempatan emas tersebut banyak dilewatkan karena kepentingan industri dan keawaman masyarakat lokal. Oleh karena itu, banyak hutan akhirnya dibakar atau dibiarkan terbakar demi berbagai kepentingan.
Dari seluruh area pemilik hujan hutan tropis, Indonesia menduduki peringkat dunia ketiga. Sementara pemilik hutan hujan tropis terbesar pertama dan kedua di dunia adalah Brazil dan Republik Demokratik Kongo.
Melihat tren kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang menurun, semoga hutan hujan tropis dan tipe hutan lainnya yang terdapat di tanah surga Indonesia tidak lenyap dilahap api.
Iring-iringan pawai yang riuh serta suara letusan meriam bambu meramaikan perayaan hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus silam. Semua orang turut bersuka cita.
Namun ada yang membuat hati saya agak perih setelah iring-iringan pawai itu selesai. Sejauh mata memandang jalan kampung kami yang dijadikan trek utama pawai, tak ada satu incipun yang terbebas dari sampah dan bebawaan yang dibiarkan begitu saja; potongan bambu bekas meriam, berbagai jenis plastik makanan, stierofoam, percaan kain, hingga potongan-potongan hasil hutan yang sebelumnya dipamerkan.
Sedang merayakan apa sebenarnya mereka yang turut serta dalam pawai? Kemerdekaan Indonesia? Tapi dengan mencabik-cabik hutan dan tidak peduli dengan lingkungan?
Meningkatkan Awarness Mengenai Hutan sebagai Mother Nature
Langkah paling utama dalam upaya melestarikan hutan adalah dengan meningkatkan awarness kepada masyarakat mengenai pentingnya hutan di dalam hidup manusia. Peningkatan ini bisa dilakukan dalam bentuk edukasi formal maupun nonformal.
Edukasi formal dilakukan di berbagai lembaga pendidikan. Sementara edukasi nonformal bisa dilakukan dengan cara penyuluhan atau seminar.
Dalam upaya pemberian pemahaman, masyarakat perlu mengerti dengan sedalam-dalamnya bahwa hutan adalah asal muasal kehidupan. Maka sebaiknya, memperlakukan hutan dengan layak harus digalakkan. Agar, pemahaman ini pula yang kelak akan menjadi hukum sosial yang diturunkan pada para penerus.
Menanam Pohon untuk Gerakan Penghijauan
Langkah paling mudah dalam melestarikan hutan adalah dengan menanam pohon setidaknya satu batang untuk satu jiwa. Menanam pohon serentak bisa mengimbangi kegundulan yang terjadi pada hutan. Sehingga hutan akan tetap hijau dan asri.
Langkah ini juga berlaku untuk hutan-hutan kota. Membuat hutan kota tetap hijau memberikan manfaat yang besar terhadap masyarakat sekitar. Selain bisa menjadi sumber oksigen, hutan kota yang hijau juga bisa mengurangi polusi dan memberikan keteduhan.
Bergabung dengan Organisasi Cinta Lingkungan
Saat ini banyak organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang lingkungan. Umumnya, mereka memiliki program dan visi misi yang salah satunya berkaitan dengan pelestarian hutan. Bergabung menjadi bagian dari mereka dan mengikuti program-program tersebut bisa sangat membantu dalam upaya menjaga kelestarian hutan.
Memberikan donasi menjadi cara terbaik jika tidak bisa bergerak langsung ke lapangan. Serta mengikuti setiap perkembangan program dan isu lingkungan sehingga mampu menyampaikan ide dan gagasan dengan lebih efektif.
Memperhitungkan Pendayagunaan Hutan
Hutan memang menyediakan banyak kebutuhan manusia. Namun, sebagai manusia yang berakal, kita tidak sepatutnya mengeksploitasi hutan secara berlebih-lebihan. Oleh karena itu, pendayagunaan hutan yang terhitung harus dilakukan.
Langkah ini juga menuntut kita untuk mengurangi penggunaan barang yang bahan bakunya berasal dari hutan, seperti kertas dan lain-lain.
Kendati tren luas hutan dan lahan tahun ini mengalami penurunan, namun itu tidak menjadi tanda bagi masyarakat untuk berhenti mengawasi. Upaya pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan harus menjadi PR yang senantiasa dipikirkan matang-matang oleh berbagai lapisan masyarakat. Agar hutan Indonesia sama-sama menikmati kemerdekaan, begitu cara manusia memulihkan alam.
1. Konsolidasi Berbagai Pihak
Upaya pencegahan kebakaran bisa dimulai dari konsolidasi antar pihak yang berkepentingan di sekitar hutan. Baik masyarakat, pemangku jabatan, hingga industri tertentu. Sebab mayoritas kasus kebakaran terjadi karena tangan manusia. Konsolidasi bisa dilakukan dengan menyamakan pemahaman mengenai pentingnya menjaga hutan serta sejauh mana masyarakat bisa memanfaatkannya untuk kehidupan mereka.
Dalam proses ini, sepakati pula aturan-aturan terkait tertentu, seperti pembebasan radius 500 meter hutan dari rokok atau pembakaran, pemanfaatan lahan untuk aktivitas tertentu yang bisa memunculkan api, serta jalur evakuasi dan mitigasi jika kebakaran terjadi.
2. Pemetaan Wilayah Rawan Kebakaran
Mengenal hutan dengan baik bisa dilakukan untuk memetakan bagian-bagian mana saja dari hutan yang kerap terbakar. Hasil pemetaan bisa menjadi concern pihak-pihak berwenang untuk senantiasa melakukan pengawasan serta deteksi dini kebakaran hutan.
Memasang alarm kebakaran cukup berguna untuk masyarakat agar mampu menahan laju kebakaran hutan. Begitu juga dengan menyediakan tempat penampungan air tidak jauh dari titik rawan kebakaran agar proses evakuasi lebih cepat dilakukan.
#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku
Pada akhirnya solusi terbaik adalah dengan #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku. Perlu komitmen yang kuat di dalam sistem masyarakat untuk bersama-sama bergerak dan memberdayakan diri demi mencegah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Agar hutan lestari, alam pun pulih. Pulihnya alam adalah sumber kepulihan manusia. Simbiosis yang tidak boleh terpatahkan oleh ego sesat, atau kepentingan sesaat.
“Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!”